Sebelum memasukkan anak ke pondok, terlebih dahulu orangtua harus bertanya pada diri sendiri, apa sesungguhnya motivasi utama memasukkan anak ke Al-Maahira? Apakah karena fasilitas atau lainnya? Jawaban atas pertanyaan ini sangat penting dan akan memengaruhi pandangan dan sikap orangtua selanjutnya. Motivasi yang benar akan melahirkan reaksi dan sikap yang benar pula. Begitu pun sebaliknya, motivasi yang salah akan melahirkan reaksi yang salah.
Maksudnya begini, jika motivasi ayah-bunda memondokkan ananda ke Al-Maahira karena tergiur fasilitas, misalnya, maka yang menjadi acuan adalah tersedianya fasilitas lengkap dan pelayanan sempurna. Akibatnya, jika ada fasilitas yang kurang lengkap atau pelayanan yang tidak maksimal ayah-bunda akan sering complain, atau ayah-bunda akan terus mengkritisi setiap kebijakan baru atau perubahan yang tidak sesuai dengan keinginan ayah-bunda. Kondisi ini akan melahirkan disharmoni hubungan antara orangtua dan pesantren, sehingga pada titik tertentu akan menyebabkan pecahnya kongsi dan putusnya hubungan kerjasama antar keduanya.
Setali tiga uang, jika motivasinya sekadar ikut-ikutan teman atau tetangga, tidak mau repot dengan kenakalan remaja, karena anaknya susah diatur di rumah, dan seterusnya, akan melahirkan sikap skeptis terhadap pondok. Orangtua tidak mau tahu mengenai perkembangan anaknya di pondok, apapun yang terjadi pada anaknya sepenuhnya menjadi tanggung jawab pondok. Kondisi ini pun akan melahirkan disharmoni yang sama dan akan mengakibatkan gagalnya santri belajar di pondok.
Ayah-Bunda, motivasi di awal ini sungguh penting. Maka niatkan memondokkan anak itu semata untuk meraih ridha Allah SWT., dengan menyerahkan sepenuhnya kepada pondok untuk dididik agama, sehingga kelak ia mutafaqqih fid diin (ahli agama) dan berakhlak mulia. Sementara capaian kompetensi akademis agar kelak ia sukses dalam bidang profesi tertentu merupakan tujuan sekunder yang pasti akan dikembangkan oleh setiap institusi pendidikan manapun. Orangtua yang niatnya lurus seperti ini akan memiliki ketahanan mental yang kuat, tidak mudah patah arang, berpikir positif terhadap program pondok yang sudah diketahuinya sebelum itu, dan tidak mudah terprovokasi oleh isu-isu apapun yang belum jelas kebenarannya. Akibatnya, hatinya merasa tenang dan anaknya pun dapat belajar dengan nyaman di pondok. Inilah salah satu kunci sukses yang harus dicamkan dengan baik.